Sabtu, 27 Oktober 2007

Awal dari sebuah senyuman

iis rahmaniati - blue iznet - awal dan akhir dari sebuah senyuman

Hari minggu saat kawan - kawan melewatkan weekendnya di Pelabuhan Ratu, Aku harus menghabiskan weekend ku di Tempat kerja, memandu anak-anak tk, berkeliling kawasan di sebuah objek wisata dan mengajarkan mereka membuat patung dari tanah liat serta hal-hal lainnya yang bikin BT, suntuk, jutek, Bad Mood

Aku seharusnya bersama mereka bermain volley atau membuat rumah pasir dipinggir pantai atau kenapa harus berada disini ? *sedih*

diambang pintu masuk yang menghubungkan ruang dalam dengan dunia luar, aku berpapasan dengan seorang wanita yang melemparkan senyuman, aku balas kembali senyumannya "wanita cantik berjilbab dengan wajah keibuan..," pikirku dalam hati setengah menganalisa.

setelah dia mulai berjalan menjauh dari pintu masuk Aku masih memperhatikannya sambil bertanya ke Bapak budi sang instruktur tanah liat yang dari tadi berdiri disampingku
sambil megang megang tanah liat yang dia ukir dari tadi.

"menurut bapak cewek yang berjilbab hitam disana masih single ?" tanyaku, pak budi menjawab setengah sok tahu " dia keliatannya sudah menikah " katanya. "Emang bapak liat dari mana ?...,  Ya sudahlah" ungkapku tanpa menunggu jawaban berikutnya dari sang instruktur.

melukis topeng kertas adalah kegiatan pertama yang telah dijadwalkan, 5 menit sebelum acara dimulai, saya bergegas pergi kebelakang untuk menyisir rambut sambil membacakan ajian warisan para leluhur
        sisir urang si centring manik 
kintunan ratu kinasihan..,
nuneteup masing anteb..,
nuniggal masing asih".
Setelah selesai Akupun kembali ke tempat acara berlangsung kemudian.., Aku hampiri wanita tersebut untuk menjinakkan tatapannya, meluluhkan hatinya.
Salah seorang teman saya yang berinisial Y memulai percakapan sambil jual tampang dia lemparkan 2 pertanyaan " sudah lama jadi guru di TK ? " , "tinggalnya dimana "?

Ok.. saya rapalkan Jampi pamungkas dalam hati :

Clak herang kalacak lenggang.., ditetep di hareup sieup, ditinggal di tukang lenjang, ditilik tigigir lenggi, anu netep masing anteb.nuninggal masing asih, sing asih kadiri abdi".

Usai wanita tersebut berbasa basi dan menjawab terakhir. Aku mulai ikutan nimbrung sambil sedikit tebar pesona " ohh.., Jadi ibu tinggal di Pasirkoja, berarti kita tetanggaan dong ! "  

klimaks dari semua perbincangan dan basa basi ini tak lain adalah untuk mendapatkan nomor Telponnya. 

Dibawah pengawasan sang supervisor Aku harus bersikap profesional tapi keinginan untuk mengetahui no HPnya adalah suatu keharusan yang tidak boleh di tunda !

Kesempatan hanya datang sekali seumur hidup " Come on ..,  Ask her ! ".

saat wanita itu sedang sibuk menuliskan nama anak-anak peserta short course di atas tutup kemasan tanah liat yang terbuat dari kertas kardus, Aku raih sebuah kotak kardus "Ibu keberatan enggak jika saya minta no telpon ibu?" sambil menyerahkan kotak kardus seraya meminta dia untuk menulis no Hp diatas dus tsb.

Dan Kisah indah kami pun dimulai