Jumat, 11 Juli 2008

Prologue

Gugurlah bunga di musim semi Terlentang di antara tumpukan sakura Rindu jatuh tepat dikening para pujangga Hingga akhirnya mati terkubur puisinya sendiri, Yang terpenting kau masih memberiku senyum semangat untuk mengais pundi pundi kehidupan di tanah orang ini Aku bangga memilikimu walau aku tak tahu kapan akan berakhir Aku akan menyisihkan hari hariku untuk mencintaimu Aku sayang kamu Begitu baiknya sang pencipta padaku yang hanya mahkluk penuh cela Memberiku sebuah rasa yang indah Biar aku titipkan salam pada hujan Kala kau termenung di balik jendela Memanggil nama yang masih di rindukan. Baik-baiklah cantikku Jangan kau pudarkan senyum itu Karen itulah ajimat ketegaran jiwaku Sehingga aku tak takut arti perpisahan Walau jauh namun setidaknya bisa aku kenang


Aku tak habis pikir, mengapa cinta yang Aku harapkan tak seindah dalam khayalku, semakin dia jauh dari ku, kesedihan ini semakin menjadi-jadi untuk di kenang.  Saat itu, 6 Juni 2007 saat hujan deras mengiringi senja menanti kehadiran sang malam Dia tangisi kepergianku.., Tak pernah aku sadari kemana aku langkahkan kaki, dalam hati hanyalah dia haruskah aku tinggalkan ??

Saat aku pergi meninggalkan cintanya, terlihat dia berusaha menyembunyikan air matanya yang mengalir perlahan-lahan. Baru kali ini aku rasakan penyesalan dalam hatiku, cinta yang dia berikan begitu tulus, namun semuanya terlambat tak mungkin lagi Aku mengharapkan  dia untuk kembali

Aku terima kenyataan ini walau pedih didalam hati,  tak pernah ada yang menyangka ini akan terjadi,
Mungkin saja dia mampu untuk melupakan diriku tapi Aku benar-benar tak sanggup melupakannya. Tak perlu aku menunggunya meski risau hati ini senantiasa merindukan dirinya. yang Aku dambakan kita berdua mungkinkah bisa bersama lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar