Sabtu, 24 September 2022

H-99 Penerimaan Kondisi Mental

Setelah melihat photo saya sendiri yang kurus kering dan digerogoti oleh diabetes melitus Tipe  I, alhamdullilah akhirnya saya menyadari bahwa saya selama ini hanya makhluk yang lemah kalau ada yang mengajak berkelahi pastinya kalah. Selain itu saya bukanlah orang yang asyik untuk diajak ngobrol oleh siapa saja, kecuali jika obrolan itu bersifat krusial meskipun terkadang ada unsur Jaka Sembungnya.

Begitu lemahnya jasad yang saya miliki..

20 tahun yang lalu ketika saya masih remaja yang mencari jati diri, saya selalu merasa paling hebat, pemberani, jago berantem, memiliki banyak teman, wajah tampan kharismatik, pintar menuju genius, lucu dan selalu bikin orang tertawa. Hal ini terus terbawa sampai tahun - tahun ini ketika ada hal-hal penting yang terlambat saya sadari salah satunya yaitu; Teman itu sebagian besar ada hanya ketika kita bisa untuk dimanfaatkan mereka. 

Saya introvert dalam jasad lemah. Sulit untuk bisa tersenyum karena trauma dimasa lalu. Waktu kecil sering disiksa dan dibentak oleh ibu, saya tidak boleh melawan meskipun sebatas mengeluarkan kata-kata pembelaan. Etika yang dibalut dengan dalih dosa karena melawan orang tua, menjadikan saya seperti anak kecil autist dan tidak bisa berbuat banyak saat disiksa ataupun dimarahi.

Hal ini berdampak pada saat dewasa saya tidak bisa melawan saat dibentak teman-teman. Ada perasaan dendam ingin melawan dan membalas perbuatan mereka tapi apa daya saya hanya manusia lemah. Saat ini saya berusaha untuk menundukkan ego dan menerima kondisi jasad saya yang digerogoti sejumlah penyakit komplikasi dari diabetes yang entah sampai kapan jasad ini mau dideportasi ke Rahmatullah.

Sewaktu-waktu saya pernah bertanya kepada Tuhan. "Tuhan jika saya melawan ke ibu saya meskipun saya benar itu hukumnya dosa ya ? Apalagi jika saya durhaka kepada ibu nanti hidup saya susah ya ?".

Tapi realita berkata lain. tidak perlu durhaka atau melawan orang tua untuk hidup susah didunia. cukup dengan kata-kata yang keluar dari mulut ibu saya yang mengutuk saya dengan mengatakan bahwa hidup saya akan susah setelah dia tiada. maka .. seperti saat ini, hidup saya susah setelah ibu saya tiada. Hebat benar ibu saya ! padahal selama ini saya sudah berusaha untuk menuruti semua keinginannya.., Allah maha mengetahui bahwa saya berusaha menjadi anak yang patuh.. tapi takdir berkata lain.. saya adalah pelampiasan amarah ibu saya kalau ibu saya sedang marah. saya anak kecil yang lemah jadi kalau lagi marah saya yang jadi target pelampiasan marahnya. 

Jika saja saya tahu bahwa hidup saya akan menjadi orang susah seperti ini, pastinya saya akan melawan ketika saya disiksa dan dimarahi oleh ibu saya. 

Just a perfect Life

Sejak kecil disiksa lahir sudah besar disiksa bathin. Tuhan.. mohon ijinkan saya mengajukan pertanyaan lagi, apakah sesudah saya meninggal akan disiksa lagi di alam kubur atau di neraka nanti ? Apakah hidup dan mati saya hanya untuk disiksa ? Tuhan.. jika semua ini adalah kehendak Mu saya mau gimana lagi.. Engkau maha bekuasa atas segala sesuatu, saya tidak akan bisa menghindar saat malaikat-malaikat mu menyiksa saya di Akhirat nanti. Sama halnya ketika saya masih kecil dulu saya tidak bisa menghindar saat ibu saya hendak menyiksa saya, apalagi jika saya melawan pastinya dosa besar kepada orang tua yang sudah melahirkan saya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar