Rabu, 02 Desember 2020

Kisah seorang anak durhaka

Saya anak durhaka yang dikutuk oleh ibu saya agar hidup susah setelah dia tidak ada. 2 kali malahan, pertama waktu kecil yang saya ingat sebelum masuk SD, gara-gara bertengkar dengan adik perempuan saya terus dia mengatakan "susah siah mun urang geus euweuh .." Saya hanya bisa berdiri diam dan mematung. kejadian kedua sekitar tahun 2004 silam ketika saya masih kuliah, tidak tahu persis tiba-tiba dia nyeletuk sambil mengatakan hal yang sama saya juga hanya bisa terduduk disofa tanpa banyak berkata apa-apa.

Kedurhakaan yang tidak jelas.

Saya tahu cerita Malin Kundang yang dikutuk jadi batu gara-gara tidak mau mengakui ibunya. Kalau maling kundang masih mending, alasannya sudah jelas karena durhaka dan langsung (mati) jadi batu. Bagaimana dengan saya ? dia (ibu saya) ingin agar saya menderita untuk alasan yang tidak jelas, dia tidak ingin melihat saya hidup bahagia. dan apapun yang saya lakukan adalah salah agar selalu ada alasan bagi dia untuk ngomel dan memarahi saya. 

Kedua orang tua saya adalah orang-orang yang pilih kasih. Jika kakak saya adalah anak kesayangan ibu saya, maka adik saya adalah anak kesayangan ayah saya. Adik dan Kakak Perempuan saya tidak lebih dari tukang hasud yang senang melihat saya menderita

Melihat kenyataan ini saya tidak bisa berharap untuk bisa masuk surga setelah memutuskan silahturahmi dengan kedua saudara saya. Inilah kehidupan saya yang luar biasa. Di dunia hidup susah karena dikutuk ibu kandung sendiri, di akhirat nanti neraka menanti karena memutuskan silahturahmi dengan saudara kandung.

Menyambut Datangnya Kematian

Anda tidak perlu menjadi seorang yang jahat atau  menjadi seorang pendosa untuk mengetahui bagaimana dunia menghinakan anda, cukup menjadi orang baik dengan tulus saja anda sudah bisa merasakan dihinakan dunia.

Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup dan menghilangkan semua sakit ini, tapi saya sudah mengetahui bahaya bunuh diri dari sudut pandang seorang spiritualist. Akhirnya seperti inilah saya yang hidup enggan dan matipun segan.

Saya ingin bertanya kepada Ibu saya bahwasanya saya dilahirkan dari rahimnya apakah hanya untuk dia siksa, menjadikan saya tempat pelampiasan marahnya. ketika kecil disiksa lahir sudah besar disiksa bathin dan sebelum dia mati dia 2 kali menyumpahi saya bahwa saya akan hidup susah sesudah dia tidak ada, sumpah itu keluar begitu saja dari mulut ibu saya sebanyak 2 kali, pertama waktu saya masih kecil ( antara TK atau kelas 2 SD ), sumpah ke dua dia lontarkan Tahun 2000 an silam ketika pindah kerumah barunya, dengan menggunakan bahasa sunda yang kental dia mengutuk saya sambil mengatakan "susah siah hirup mun urang geus eweuh ...".

Cerita ini insya Allah akan saya lanjutkan dalam artikel lainnya setelah saya memiliki kekuatan untuk memaafkan 'mereka' yang telah mendzholimi saya. Cerita ini terlalu menyakitkan untuk saya lanjutkan sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar