Kamis, 05 November 2020

Rasa bersalah yang berlebihan

Rasa bersalah itu anugerah, jika kita tidak memilikinya berarti kita manusia merugi yang tidak tahu diri. Sama dengan rasa malu, kedua rasa itu yang membedakan manusia dengan iblis & binatang. Tapi adakalanya rasa bersalah itu tidak baik untuk dijadikan bahan pikiran, meskipun kepikiran terus coba alihkan dengan memikirkan hal-hal menyenangkan seperti misalnya : Nostalgia waktu SMA, Kenangan indah ketika masih muda dulu, Kegiatan menyenangkan saat berorganisasi dan hal-hal asyik lainnya.

Tadi saya telah gagal untuk menolong teman istri saya daftar kartu prakerja, sama halnya saat mendaftarkan kartu prakerja untuk adik ipar saya belum ada kepastian lulus tidaknya. Ada rasa kasihan bercampur malu ditambah enggak enak karena gagal menolong tapi mau gimana lagi, saya hanya bisa pasrah menerimanya.

Ketika bermain Facebook, setelah selesai mengupload photo saya yang sedang selfi di depan patung raksasa bersama 2 orang teman lainnya, sedihnya tidak ada yang  mengomentari, berbeda dengan pengguna lainnya sekali posting status pasti rame yang berkomentar, kalau saya di fesbuk serasa tidak memiliki teman satupun jua. Dengan jumlah 285 orang teman dalam friendlist saya, hanya ada 3 orang yang memberikan jempol. Waktu hari ulang tahun saya 2 bulan yang lalu, hanya ada 2 orang yang mengucapkan selamat ulang tahun itu juga via messenger & whatsapp. Coba kalau saya umumkan akan mengadakan acara syukuran atau makan-makan gratis, saya pastikan setidaknya minimal 75% teman-teman FB saya menghadiri acara gratisan tersebut dan setidaknya 50% dari mereka membawa anggota keluarganya yang lain.

Sisi baiknya saya tidak perlu menanggung rasa bersalah ini dalam waktu yang berkepanjangan setelah belajar dari pengalaman bahwa Namanya teman rata-rata ada disaat kita sedang senang, banyak duit dan saat mereka ada perlunya doang, Saat kita sedang susah mana mau mereka mendekat merapat. 

Sisi positifnya kita bisa memperbanyak istigfar saat sadar bahwa kita telah gagal untuk menolong mereka, mungkin itu yang terbaik. Dan yang tidak kalah penting adalah perlunya berilmu terlebih dahulu sebelum beramal.

Mending tog wawuh sakalian - jangan kenal aza sekalian - itu lebih baik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar